Kamis, 27 Juni 2013

Menggapai Mimpi Demi Bunda

Roda kehidupan selalu berputar, terkadang di atas dan terkadang di bawah. Setiap orang pasti ingin hidup bahagia, mempunyai banyak harta, rumah mewah, pendidikan tinggi, dan kesuksesan yang tiada terkira. Tetapi kita harus selalu bersyukur kepada Tuhan, bagaimanapun dan seperti apapun keadaan kita saat sekarang ini. Seperti halnya yang dilakukan oleh Arel. Sejak kecil Arel tinggal bersama bundanya di sebuah perumahan kumuh di salah satu daerah kota Jakarta. Kondisi ekonomi yang memprihatinkan memaksa Arel untuk tumbuh menjadi anak yang mandiri dan cerdas. Setiap hari Arel harus membantu bundanya berjualan di gerbong kereta api atau terkadang Arel ikut mengamen bersama teman –temannya. Semua itu dia lakukan hanya demi sesuap nasi. Arel mempunyai cita-cita menjadi seorang guru, karena dia ingin membagi ilmu kepada anak-anak di perkampungannya, selain itu dia juga ingin mendirikan sekolah gratis di perkampungannya. Mengingat semua anak-anak di perkampungannya mempunyai nasib yang sama dengan Arel, yang sehari-harinya membantu orang tua mereka untuk mencari sesuap nasi. Jadi, yang namanya bangku sekolah. Mereka tidak pernah merasakannya. Arel ingin mewujudkan semua angan-angannya itu, tetapi semua itu hanya mimpi bagi Arel. Untuk makan saja susah, apalagi untuk sekolah. Arel tidak pernah meminta permintaan lebih kepada bundanya, karena dia tahu keadaan bundanya saat sekarang ini. Bundanya sering sakit-sakitan dan bahkan pernah jatuh pingsan. Mereka tidak punya uang cukup untuk berobat ke rumah sakit. Bunda Arel selalu kelihatan tegar, dia tidak mau Arel kelihatan sedih melihat kondisi kesehatannya. Pagi itu seperti biasanya Arel bersama teman-teman mengamen di gerbong kereta api. Bundanya masih sakit di rumah, karena itu Arel yang harus mencari uang untuk makan mereka hari ini. Arel bersama teman-temannya sangat bahagia melakukan pekerjaan ini. Walaupun hanya mengamen, tetapi suara merdu mereka dapat menghibur orang banyak. Menjelang sore hari Arel pulang ke rumah sambil menenteng plastik hitam berisi nasi bugkus. Melihat kondisi rumah yang sepi, membuat Arel panik. Dia khawatir dengan kondisi kesehatan bundanya. Betapa kagetnya Arel saat membuka pintu, Arel melihat bundanya terbujur kaku di atas tempat tidur. Dihampirinya bundanya dan diguncang-guncangkannya badan bundanya, tetapi semua itu sia-sia. Bundanya telah pergi meninggalkan Arel untuk selama-lamanya. Arel menangis terisak-isak, dia berteriak histeris” Bangun bundaaa,…Arel sayang bunda.” Mendengar teriakan Arel, semua tetangganya datang berduyun-duyun ke rumah Arel, mereka berusaha menenangkan Arel. Setelah proses pemakaman selesai, salah seorang tetangga Arel menghampiri Arel. “Arel,…Bunda kamu sudah tenang di surga sana nak.” “ Kenapa bunda ninggalin Arel sendiri? Kenapa? Jawab bundaaaaa.” Kata Arel sambil terisak-isak. “ Sayang, bunda sayang sama kamu, bunda lakukan ini semua karena dia tidak ingin kamu sedih. Bunda sudah tenang di surga nak.” Kata tante Anggi, berusaha menenangkan Arel. Arel menangis terisak-isak di pelukan tante Anggi. Beban penderitaan yang harus dipikul Arel, terlalu berat untuk anak seumuran Arel. Arel yang masih berumur 10tahun, harus hidup sebatang kara. Sejak bundanya meninggal, Arel tinggal bersama dengan orang tua angkatnya yang baru. Tante Anggi yang mengantar Arel ke Bogor, ke rumah orang tua angkatnya. Waktu itu Bunda Arel sempat menitip secarik kertas berisi alamat kepada tante Anggi saat Arel masih berumur 5tahun. Waktu itu bunda Arel memang sudah merasakan sakit luar biasa, tetapi berkat semangat hidupnya yang luar biasa dia masih bisa bertahan hidup 5 tahun lamanya, hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya saat Arel berumur 10 tahun. Kini Arel hidup bahagia bersama keluarga barunya, yang memang tidak dikaruniai anak. Arel diperlakukan dengan baik, disekolahkan, dan dididik seperti anak sendiri oleh orang tua angkatnya. Mimpi Arel sudah di depan mata, semua itu berkat motivasi terbesar dari bunda tersayangnya dan juga dukungan dari mama papanya. Waktu terus berlalu, tanpa terasa 20 tahun sudah Arel meninggalkan perkampungan kumuh itu. Kini dia bisa tersenyum lepas, semua cita dan mimpinya sudah terwujud. Sebuah sekolah telah berdiri dan kini Arel telah menjadi seorang dosen di salah satu perguruan tinggi negeri di salah satu kota Jakarta. Tidak hanya itu, prestasinya terus terukir di dunia pendidikan, khususnya usahanya di dalam penyejahteraan anak-anak terlantar yang kurang beruntung di dunia pendidikan. Semangat Arel yang luar biasa, yang mampu mengubah hidupnya. “ Arel sayang bunda, semua yang Arel raih selama ini, karena berkat bunda. Semoga Bunda bahagia di surga sana” Bisik Arel sambil terisak-isak di atas pemakaman bundanya. Semua mimpi dan cita-cita Arel dapat terwujud karena dia mempunyai semangat juang yang tinggi, setiap orang pasti ingin hidup sukses. Untuk itu jangan hanya menunggu, tetapi jemputlah kesuksesanmu. Kunci utama sukses adalah fokus, semangat dan yakin. Untuk itu teruslah semangat menggapai mimpimu. Sama seperti Arel yang terus semangat menggapi mimpinya demi Sang Bunda.

0 komentar:

Posting Komentar